JAKARTA – Pemerintah menjamin ketersediaan stok beras aman untuk kebutuhan masyarakat hingga Bulan Juni 2024 mendatang. Beberapa negara tetangga banyak menawarkan beras kepada Indonesia dan Presiden Joko Widodo sama sekali tidak memberikan tambahan terkait perizinan alias normal, yakni 2 juta ton beras untuk tahun 2024.
Hal ini diutarakan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dalam diskusi bertema Indonesia Menuju Kedaulatan Pangan di Media Center Indonesia Maju di Jalan Diponegoro No.15, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/12/2023).
Bayu Krisnamurti mengutarakan rasa bangga dengan Indonesia serta seluruh pihak terkait dalam memenuhi kebutuhan pangan, terutama beras. Mantan Wakil Menteri Perdagangan ini menceritakan semula pada Bulan Oktober dan November Indonesia masih ketar-ketir dalam mencari kebutuhan beras. Bahkan Indonesia berada pada posisi mencari dan berharap belas kasihan untuk mencari beras.
Namun hari ini, lanjut Bayu Krisnamurthi banyak negara yang datang ke Indonesia menawarkan ke Bulog dalam jumlah besar. “Hari ini, Pak Arief kabinet memutuskan 2 juta, yang nawarin ke Bulog lebih dari 4 juta,” ujar Bayu Krisnamurthi.
Baca juga: Cara Cerdas Pemerintah Hadapi Ancaman Ketahanan Pangan
Bayu, yang menggantikan posisi Budi Waseso mengungkakan secara detil beberapa negara yang menawarkan beras kepada Bulog. Mislanya, Thailand secara bisnis to bisnis (B-B). Kemudian Thailand dengan cara government to government (G to G). Belum lagi India, Vietnam dan Pakistan yang juga G ti G sebanyak 1 juta ton.
Sehingga dengan kondisi stok beras seperti ini, Bayu Krisnamurthi menyatakan kebutuhan bisa aman sampai bulan Juni 2024. “Insya Allah, saya yakin aman sampai bulan Juni 2024,” ujarnya.
Beras Prioritas Masyarakat Kelas Bawah
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo mengatakan tahun depan tidak boleh kekurangan beras, baik dalam kondisi ada produksi ataupun tidak.
Bukan hanya produksi aman, akan tetapi Presiden meminta untuk kebutuhan beras itu memprioritaskan masyarakat kelas bawah.
“Mau ada produksi, mau tidak ada produksi Bulog stoknya masih ada. Pak Presiden memutuskan itu, untuk masyarakat paling bawah, ” ungkapnya.
Meski begitu, saat produksi mencapai puncak alias lebih tinggi dan karena ada badai El Nino, BPN tak pernah menjual lebih dari Rp 5.000. “Petani pasti happy, sebab nilai tukar petani meningkat setiap kali bertemu Pak Jokowi di sawah,” lanjut Ketua BPN.