JAKARTA – Masa depan tambang bawah tanah Indonesia semakin cerah seiring dengan tren yang meningkat tajam. Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Bidang Tata Kelola Minerba Kementerian ESDM Irwandy Arif mengatakan kegiatan pertambangan bawah tanah ini memiliki risiko kerusakan lebih kecil dibandingkan dengan tambang permukaan.
Namun kegiatan tambang bawah tanah ini berbiaya lebih tinggi.
“Tren tambang bawah tanah akan semakin banyak di masa depan mengingat semakin sedikitnya cadangan dekat permukaan,” ujar Irwandy Arif.
Irwandy menguraikan teknologi yang semakin canggih dan ketersediaan sumber daya manusia sehingga dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan bawah tanah ini lebih kecil.
Adapun tingginya biaya operasi tambang bawah tanah, kata Irwandy karena adanya tambahan biaya untuk ventilasi, penyanggaan, dan sebagainya. Biaya operasional tambang bawah tanah kira-kira dua kali lebih mahal dari tambang terbuka.
Baca juga: Menkeu: Setoran Dividen BUMN Naik 100 Persen, Capai Rp 81,5 Triliun
Biaya modal/kapital tambang bawah tanah kira-kira 3-4 kali lebih mahal dibandingkan tambang terbuka. “Biaya penambangan bawah tanah memang lebih besar dari tambang terbuka, tapi dengan adanya disruption technologies beberapa biaya bisa terpangkas terbuka,” lanjut Irwandy.